Siklus Menstruasi dan Emosi: Hubungan yang Jarang Dibahas

Klinik Ben Yuan Dao, Jakarta – Siklus menstruasi bukan hanya tentang perubahan fisik yang terjadi pada wanita setiap bulan.
Dibalik proses biologis yang kompleks tersebut, terdapat keterkaitan erat antara fluktuasi hormonal dan perubahan emosi.
Sayangnya, hubungan antara siklus menstruasi dan kondisi psikologis masih jarang sekali menjadi bahan pembicaraan secara mendalam dalam diskursus publik maupun pendidikan kesehatan.
Memahami Siklus Menstruasi secara Singkat
Siklus menstruasi berlangsung rata-rata selama 28 hari dan terbagi ke dalam empat fase utama: fase menstruasi, folikuler, ovulasi, dan luteal.
Setiap fase selalu memberikan tanda perubahan kadar hormon estrogen dan progesteron, yang mempengaruhi tidak hanya sistem reproduksi, tetapi juga otak dan sistem saraf.
1) Fase menstruasi (hari 1–5): Terjadi peluruhan lapisan dinding rahim (endometrium) yang menimbulkan pendarahan. Kadar hormon estrogen dan progesteron berada dalam tingkat rendah, yang dapat menyebabkan perasaan lelah, mudah marah, atau sedih.
2) Fase folikuler (hari 1–13): Kadar estrogen mulai meningkat, yang seringkali diikuti oleh peningkatan energi dan suasana hati yang lebih stabil.
3) Fase ovulasi (sekitar hari 14): Puncak estrogen dapat menyebabkan peningkatan libido, kepercayaan diri, dan motivasi sosial.
4) Fase luteal (hari 15–28): Progesteron mendominasi, yang pada sebagian perempuan dapat menimbulkan gejala pramenstruasi (PMS), seperti kecemasan, perubahan mood, hingga depresi ringan.
Baca Juga: Perbedaan Skiatika dan Saraf Terjepit: Kenali Gejalanya
Pengaruh Hormon terhadap Emosi
Estrogen dan progesteron memiliki peran penting dalam mengatur neurotransmiter pada otak, seperti serotonin dan dopamin, yang berhubungan erat dengan suasana hati.
Ketika kadar hormon ini berubah drastis, respons emosional pun dapat ikut berubah. Beberapa perempuan melaporkan peningkatan iritabilitas, kelelahan mental, bahkan kecemasan atau kesedihan menjelang menstruasi.
Kondisi yang lebih serius, seperti Premenstrual Dysphoric Disorder (PMDD), juga menunjukkan betapa signifikan pengaruh hormon terhadap kesehatan mental.
PMDD merupakan bentuk lebih parah dari PMS dan menimbulkan tanda seperti gangguan mood yang ekstrem hingga mengganggu aktivitas sehari-hari.
Mengapa Penting untuk Dibicarakan?
Kurangnya edukasi dan kesadaran tentang hubungan antara siklus menstruasi dan emosi dapat menyebabkan kesalahpahaman, baik pada area lingkungan pribadi maupun profesional.
Banyak perempuan yang merasa “bermasalah secara emosional” tanpa menyadari bahwa gejala yang mereka alami berkaitan dengan perubahan hormonal alami.
Dengan pemahaman yang lebih baik, perempuan dapat mengenali pola emosional dalam siklusnya, melakukan antisipasi, serta mengambil langkah-langkah untuk menjaga kesehatan mental, seperti mencatat siklus harian, berkonsultasi dengan profesional medis, hingga melakukan perubahan gaya hidup.
Baca Juga: Awas! Ini Penyebab Gagal Jantung yang Bisa Menyerang
Dapatkan Solusi Alami di Klinik Ben Yuan Dao
Klinik Ben Yuan Dao hadir sebagai tempat yang mengutamakan pendekatan alami dan holistik untuk kesehatan Anda.
Di Klinik Ben Yuan Dao, kami menawarkan terapi tradisional yang telah teruji selama berabad-abad, seperti akupunktur, herbal, dan terapi energi.
Dengan dukungan tenaga medis yang berpengalaman dan metode terapi yang sudah terbukti efektif, kami siap membantu Anda mencapai kesehatan optimal secara menyeluruh.
Segera konsultasikan atau hubungi kami secara online via Chat Whatsapp sekarang dan rasakan manfaat dari pengobatan alami yang aman dan menyegarkan!